A. Berusaha mendapatkannya
Namaku Ikhsan. Aku tinggal di Depok Timur tepatnya di Jl. Angin
Mamiri No: 17. Sekarang ini aku kelas 2 di SMA Negeri 3 Depok. Di sekolah aku
tergolong anak yang pandai. Alhamdulillah aku selalu mendapatkan rangking 1.
Semua ini berkat motivasiku yaitu, aku harus belajar dari kesalahan. Jadi,
setiap aku membuat kesalahan, aku selalu ingin agar kesalahan yang sama tidak
terulang lagi. Saat di SD aku tidak terlalu pintar. Aku selalu mendapatkan
antara rangking 7-10 saja, tadak pernah aku mendapatkan rangking 1. Berkat
kesalahan itu, aku selalu bertekad untuk selalu berusaha dan pantang menyerah
agar keinginanku tercapai. Saat aku masih SMP kelas 1, sifatku masih seperti
anak SD. Aku masih belum mengenal arti cinta yang sebenarnya. Sekarang, pola
berpikirku sudah mulai dewasa, jadi aku sudah mengerti arti cinta yang
sebenarnya.
Di sekolahku ada seorang cewe yang sangat aku cintai. Aku baru
mengenalnya saat aku saat kenaikan kelas 2. Saat itu teman-temanku terpencar di
bebagai kelas. Kini, aku sekelas dengannya. Aku dan ia masuk di kelas 11G.
Namanya adalah Anjani. Entah mengapa setiap dia didekatku, hatiku selalu
berdebar-debar. Perasaan itu mulai muncul saat aku dan Anjani kerja kelompok
Bahasa Indonesia. Bermula dari situlah aku dekat dengannya. Setiap di sekolah
aku berbicara dengannya. Bahkan saat pulang dari pelajaran renang di sekolah
pun, kami pulang bersama. Kebetulan jarak rumahnya hanya satu blok dari
rumahku. Jadi aku bisa mengajaknya untuk pulang bersama. Bila tidak bertemu di
sekolah, aku dan Anjani juga sering berSMS-an.
Saat aku kelas 2, masalah yang menimpaku belum terlalu banyak.
Sampai suatu hari aku melakukan kesalahan yang sangat fatal, sampai aku
kehilangan Anjani. Kesalahan itu dimulai saat aku kehilangan HPku. Aku sangat
sedih saat HPku hilang. Saat itu sedang libur panjang, jadi aku tidak bisa
menghubungi dan SMS-an dengan Anjani. Akibat HPku hilang, kami menjadi tidak
begitu dekat. Yang lebih parahnya lagi, Anjani menjadi lebih dekat dengan Tri
Afandi, yang biasa dipanggil Andi. Andi adalah juga teman sekelasku. Ia di
masukan ke pesantren oleh orang tuanya. Pantas saja, aku lihat ia orangnya
alim.
Rasa cemburu muncul dengan tiba-tiba. Ingin rasanya aku mendapatkan
Anjani. Tetapi, aku tidak ingin menembaknya jika aku tidak mengetahui perasaan
dia padaku. Aku ingin sekali mengetahui perasaan dia padaku. Sampai suatu hari
aku menemukan buku berjudul “Cara Mendapatkan Pacar Dalam 28 Hari” di kamar
kakakku. Aku membaca buku itu secara diam-diam, karena aku takut kakakku marah.
Di dalam buku tersebut terdapat cara mengetahui perasaan seorang cewe hanya
dengan mengetahui cara ia bersikap. Aku membaca sebuah cara, “Jika gebetan kamu
di cuekin, dan gebetan kamu marah dan bingung, atau sampai dia bertanya
“mengapa kamu nyuekin aku?”, tandanya dia suka sama kamu. Kalau dia responnya
biasa-biasa saja, artinya dia tidak suka sama kamu”.
Cara itu aku coba di sekolah. Bagaimana ya, jika Anjani aku cuekin?.
Saat Anjani berbicara padaku, aku berpaling darinya dan tidak menghiraukannya.
Aku melihat Anjani sepertinya marah padaku. Rasanya tak tega bila ia marah
sedih. Aku ingin minta maaf dengannya, tetapi aku terus mencoba agar tau
perasaan ia padaku.
Hari demi hari aku nyuekin Anjani, tetapi sepertinya keadaan menjadi
semakin parah. Anjani menjadi semakin dekat dengan Andi. Sampai saat itu aku
masih belum tau perasaan Anjani padaku. Suatu hari aku di ceritakan oleh Saga
tentang Anjani.
“Ikhsan,
sebenarnya Anjani itu suka sama lo, tapi karena lo nya nyuekin dia, dia jadi
sebel sama lo…”.
“Lo tau dari
mana?” tanyaku.
“Dia sendiri
yang cerita ke gue…”. Jawab Saga dengan lantangnya.
Saat itu aku baru tau kalau Anjani suka sama aku. Tetapi karena dia
aku cuekin, dia malah jadi benci. Kini aku tau seperti apa sifat Anjani. Dia
tidak mau kalau dirinya dicuekin, dan dia sangat sensitif bila ada cowo yang
jahatin dia. Begitu aku tau Anjani suka padaku, aku bertekad, aku harus
mendapatkan dia apapun caranya. Tetapi, saking dekatnya Anjani dengan Andi,
sangat sulit bagiku untuk pedekate lagi dengan Anjani.
B. Pertama Kali Jalan Dengannya
Seiring berjalannya waktu, Anjani telah jadian dengan Andi. Awalnya
aku belum percaya dengan hal itu. Tetapi, saat aku bertanya langsung pada
Anjani, ternyata itu semua memang benar. “Anjani jadian dengan Andi…?” hatiku
bergetar seakan ingin menangis. “Andai saja waktu bisa berputar kembali…?”
khayalku mengharapkan kesalahanku yang lalu tidak terjadi. Tetapi apa daya,
semua ini telah terjadi. Aku hanya bisa bersabar dan berusaha dalam menghadapi
hidup yang keras ini.
Tidak terasa sekarang aku sudah naik kelas 3 SMA. Kini kelasku
terpisah dengan Anjani. Aku kembali ke temn-temanku yang lama. Kini aku masuk
ke kelas 12A, sedangkan Anjani masuk ke kelas 12B. Aku merasa tidak nyaman
dengan kelas 3 ini. Karena menurutku saat kelas 11G lah yang paling
menyenangkan. Teman-temanku yang kelas 2 lebih menyenangkan daripada yang
sekarang. Selain karena ada Anjani, juga karena anak-anak kelas 2 lebih asik
dan tidak pilih kasih dalam bergaul.
Bulan puasa telah tiba, anak-anak kelas 2 yang lalu mengajak reuni
sekaligus buka bersama di rumahku. Sebenarnya aku tidak ingin buka bersamanya
di rumahku, tetapi kerena semua anak dan orang tuaku setuju, yah sudah aku pun
menyetujuinya. Semua anak-anak kelas 2 yang lalu sudah di undang. Tidak lupa
wali kelas kami juga di undang. Kini aku dan beberapa temanku tinggal
menyiapkan apa saja yang diperlukan.
Beberapa anak sudah ada yang datang. Kami tinggal menunggu wali
kelas kami yang tidak tahu rumahku letaknya dimana. Salah satu dari temanku pun
menjemputnya. Begitu wali kelas kami datang, kami tinggal menunggu datangnya
azan maghrib. Sambil menunggu azan Maghrib, kami menyiapkan tajil untuk berbuka
puasa. Dan juga, ada beberapa patah kata yang di sampaikan oleh wali kelas
kami. Banyak hal yang diceritakan oleh wali kelas kami. Sampai tak terasa, azan
Maghrib sudah tiba. Semua langsung menyantap tajil yang disediakan.
Acara buka bersama berjalan dengan meriah. Disitu, kami bisa
membicarakan berbagai hal. Tetapi aku melihat Anjani menangis. “Mengapa Anjani
menangis?” tanyaku di dalam hati. Melihat Anjani menangis, aku bertanya kepada
salah satu sahabatnya yaitu Reni.
“Reni, mengapa
Anjani menangis?” tanyaku berbisik agar Anjani tidak mendengarnya.
“Dia tuh nangis
gara-gara Andi nyimpen fotonya Eca, terus Anjani tidak terima kalau Andi
nyimpen fotonya Eca”.
“Ooowhh…
begitu!!! Kok bisa ya Andi berbuat begitu?” jawabku terheran–heran.
“Lo kan pernah
bilang ke gue kalau lo suka sama Anjani, sekarang lo hibur dia, tunjukin kalau
lo peduli sama dia”
“Jangan
khawatir…!! Gue bakal hibur dia…!! Tapi gue tunggu saat yang tepat dulu!!!”
Usai makan-makan, wali kelas kami pamit, karena ia masih ada urusan.
Karena wali kelas kami pulang, beberapa anak juga ada yang pulang. Tetapi yang
lain, malah mengajak untuk berjalan-jalan naik motor dulu sekalian mengantar
yang tidak membawa motor. Aku pikir itu ide yang bagus. Kapan lagi kami bisa
berkumpul bersama kalau bukan kali ini. Aku pun meminta izin kepada orang tuaku
untuk membolehkan aku membawa motornya. Beruntung, aku dibolehkan untuk membawa
motor. Biasanya aku jarang sekali membawa motor, karena ayahku belum
memperbolehkan aku membawa motor jauh-jauh.
Anak-anak yang membawa motor, memboncengi yang tidak membawa motor.
Kebanyakan yang tidak membawa motor adalah anak perempuan. Aku terpaksa
memboncengi Jenny. Padahal sebenarnya aku ingin memboncengi Anjani. Tetapi
karena Jenny takut di boncengi oleh Hengky, yah sudah tak apalah. Keta Jenny,
Hengky itu kalau membawa motor ngebut terus. Banyak cewe yang sudah di
boncenginya, juga merasa takut.
Awalnya, kami mengantarkan anak yang mau pulang dahulu. Setelah
tidak ada yang mau pulang lagi, kami langsung jalan-jalan. Kami sudah
berkeliling kota Depok. Tetapi tidak tau tujuannya mau kemana. Kemdian, kami
mengantarkan anak yang tinggal agak jauh, sekalian juga jalan-jalan. Setelah
lelah berjalan-jalan, kami berhenti sejenak. Kami istirahat di pinggir jalan
sambil merencanakan tujuan yang selanjutnya. Tiba-tiba Jenny berbisik kepadaku.
“Ikhsan, lo mau
ga boncengin Anjani?”
“Sebenernya sih
gue mau…!!! Tapi, emang lo mau di boncengin sama Hengky?” jawabku dengan
berbisik.
“Dah… ga
apa-apa!!! Kan lo pernah bilang kalau lo suka sama dia, sekarang lo mau ga
boncengin dia?”
“Ya udah… tapi
lo yang bilang tukeran tempat ya!!!”
“OK… ga usah
khawatir…!!!” jawab Jenny dengan senang hati.
Jenny menghampiri Anjani untuk menyampaikan tujuan kami. Tak di
sangka Anjani menyetujuinya. Aku belum pernah sebelumnya merasakan setegang
ini. “Akhirnya, Anjani mau juga aku boncengi…!!!” bisikku di dalam hati. Anjani
menaiki motor dengan pelan–pelan. Setelah tukeran tempat, kami langsung
melanjutkan perjalanan.
Baru pertama kalinya aku memboncengi Anjani. dan baru pertama
kalinya pula, aku membawa motor jauh – jauh. Jalan – jalan bersama teman–teman
berbeda rasanya dibandingkan dengan jalan–jalan sendirian atau bersama
keluarga. Apalagi yang aku boncengi adalah Anjani, jadi bertambah menyenangkan
jalan – jalannya.
Rumah demi rumah anak-anak telah di lewati. Itu tandanya, satu per
satu dari kami sudah pulang. Setelah semua sudah aku antar, aku pun kembali
kerumah. Letih karena menjadi tuan rumah, kini telah terbayar oleh jalan –
jalan bersama Anjani.
C. PEDEKATE Lagi
Berawal dari buka bersama, kini aku dan Anjani menjadi libih dekat.
Yang awalnya aku jarang SMSan sama dia, kini menjadi semakin sering. Berlawanan
denganku, hubungan Anjani dengan Andi semakin memburuk. Semua kedok Andi selama
ini mulai terbongkar. Ternyata selama ini Andi tidak sayang pada Anjani.
Akhirnya mereka berdua pun putus. Aku melihat Anjani sepertinya sangat sedih.
Aku berusaha menghiburnya dengan cara apapun. Aku tidah ingin melihatnya terus
menangis.
Selama seminggu aku terus menghiburnya. Selama seminggu pula aku
terus SMSan dengan Anjani. Rencananya, malam takbiran nanti, anak – anak kelas
11G ikut jalan – jalan lagi seperti saat buka bersama di rumahku. Sudah
beberapa anak yang mau ikut, tetapi ada juga yang tidak mau. Kami akan
berkumpul di rumahnya Anjani. Tetapi sayang, Anjani dan keluarganya akan pulang
kampong, sehingga jalan – jalannya dibatalkan. Dengan terpaksa, aku bermalam
takbiran hanya denga kakak iparku saja.
Idul Fitri telah dilalui. Aku dan Anjani juga sudah bermaafan. Tidak
lupa aku bermaafan dengan semua orang yang kiranya telah aku sakiti, terutama
kedua orang tuaku. Idul Fitri memang hari yang suci. Aku merasa lebih segar dan
ringan, karena aku bisa meminta maaf dengan semua orang yang ku kenal. Tetapi,
Anjani belum pulang dari kampungnya. Jadi, aku hanya bisa berbicara dengannya
hanya lewat SMS. Tetapi itu cukup untuk menghilangkan rasa kangenku.
Tidak terasa, 2 hari lagi libur sekolah akan berakhir. Baru kemarin
Anjani pulang dari kampungnya. Tiba – tiba saja Ani mengajakku untuk ikut
bersama ARPA pergi ke Detos untuk jalan – jalan. ARPA itu adalah sebuah
singkatan dari Anjani, Reni, Puspita, Ani. Mereka berkumpul menjadi satu
kesatuan. Ani dan Reni ingin aku dan Anjani menjadi lebih dekat lagi. Tanpa
basa – basi lagi, aku bersiap – siap untuk berangkat.
Aku dan Anjani sangat dekat saat di sana. Sesekali Ani, Reni, dan
Puspita meledekiku karena aku jalan berdampingan dengan Anjani. aku sudah
menganggapnya seperti pacarku, karena jika aku sudah mencintai seseorang, aku
akan selalu menjaganya, menghiburnya, dan selalu setia membantunya dengan
apapun caranya. Walaupun dia bukan pacarku, tetapi aku akan selalu ada untuknya
saat ia membutuhkan.
D. Marah Padaku
Hari demi hari, aku semakin dekat dengannya. Bahkan aku huga semakin
sering berkunjung kerumahnya. Hanya sekedar untuk bertemu dengannya. Ini semua
berkat bantuan Ani, Reni dan Puspita yang selalu membantuku untuk Pedekate
dengan Anjani. Aku dan Anjani menjadi sering pulang bersama usai pulang
sekolah.
Seperti biasa, aku dan Anjani pulang bersama. Tetapi kali ini Vina
dan temannya ikut bersama aku, Anjani, dan Reni. Sepertinya Vina dan temannya
akan ke rumah Anjani. Kalau Reni, Ani dan Puspita memang sudah sering ke rumah
Anjani. Tetapi aku merasa tidak nyaman kalau Vina ikut bersama kami. Vina
adalah adik kelas yang suka padaku. Tetapi aku tidak suka padanya, karena aku
lebih suka cewe yang umurnya sepantar denganku.
Hari ini aku ada janji dangan Deny untuk meminta tolong menginstal
ulang komputerku. Aku kerumah Deny dengan maksud mengantarkannya kerumahku.
Tetapi, aku disuruh olehnya unruk menunggunya sebentar, karena ia sedang
mengerjakan tugas. Deny adalah teman baikku. Ia ahli elektronika dan computer.
Tetapi, untuk pelajaran yang lain nilainya kurang bagus. Aku sering menanyakan
sesuatu tentang elektronik padanya. Berkat ialah, aku bisa elektronik dan
computer. Dan aku sangat beruntung berteman dengannya.
Saat aku menunggu Deny mengerjakan tugasnya, tiba-tiba aku
mendapatkan SMS dari Anjni. Iam menyuruhku untuk kerumahnya. “Aduh… bagaimana
ini? Siapa yang harus aku pilih? Deny, atau Anjani?” pikirku. Aku aku meminta
Anjani untuk menungguku 1 jam lagi, dan aku juga meminta Deny untuk cepat.
Tetapi ada saja yang harus dikerjakan Deny, sehingga aku menunggunya cukup
lama. “Bagaimana ini? Sebentar lagi aku harus ke rumah Anjani? pikirku. Tak
sabar karena Deny lama sekali mengerjakan tugasnya.
“Den, masih lama
ga sih…??” tanyaku tak sabar.
“nanti dulu!!
Sedikit lagi selesai!!”
Ya sudah… besok
gue balik lagi, jadi nginstal ulang komputernya besok aja!!”
Karena Deny
terlalu lama, jadi aku memilih untuk ke rumah Anjani.
Setiba aku di depan rumahku, aku melihat ARPA, Vina dan temannya
sudah menunggu di depan gang rumah Anjani.melihatku sudah pulang, Reni dan Ani
menghampiriku.
“Ikhsan, lo dari
mana sih…?” Tanya Reni dengan tampang kesal.
“Tadi gue dari
rumah Deny, soalnya gue udah janji sama dia!! Ngomong- ngomong Anjani marah
ya?” tanyaku melihat Anjani yang tidak menghampiriku.
“Iya, gara-gara
lo sih lama banget!! Dia jadi marah sama lo!!” jawab Reni.
“Emang kenapa
sih gue di suruh kerumah Anjani sampai dia marah begitu?”
“Tadi kan Vina
mau ngerjain tugas di rumah Anjani. nah… tugasnya itu ada di flashdisknya Vina.
Terus waktu dipasang dekomputernya Anjani, tugasnya itu ga bisa di buka. Begitu
kejadiannya.” Ani menjelaskan.
“Emang lo ngapain
sih di rumahnya Deny? Kok lama banget?” Tanya Reni.
“Kan gue nyuruh
Deny ke rumah gue buat nginstal ulang computer gue. Nah… si Denynya lama banget
ngerjain tugasnya, jadi gue tunggu dia dulu!!” jawabku.
“Seharusnya
kalau lo ga bisa ke rumah Anjani bilang aja!! Dari tadi kita nunggu lo tau!!
Kalau lo ga bisa janji, lo ga usah janji, jadi kita ga harus nungguin lo!!” Ani
menjelaskan.
“Habisnya, gue
bingung antar milih Deny atau Anjani!! gue udah janji sama dia dari kemarin,
sekarang di tambah Anjani!!” jawabku memelas karena merasa bersalah.
“Ya udah… lo
pulang dulu sana!! Nanti kita yang kasih penjelasan ke Anjani!!” Pinta Ani.
“Ya udah… tolong
baut dia ga marah lagi ya…!!”
Malam harinya, aku SMS Anjani. Aku meminta maaf dan memberikan
penjelasan padanya. Dari tulisan SMS yang ia kirim, sepertinya ia sangat
marah.” Aduh… bagaimana ini kalau Anjani benar-benar marah padakau? Pastinya
sangat sulit untuk membuat dia tidak marah lagi!! Dan bagaimana kalau aku tidak
bisa mendapatkan dia?? Aduh… nyesel… nyesel…!!” khayalku menyesalakan kejadian
itu.
Setelah berulang kali meminta maaf, akhirnya aku di maafin juga.
Tetapi dari tulisan SMSnya, sepertinya ia masih marah padaku. Aku terus
menganalisa SMSnya. Apakah ia masih marah atau tidak?. Aku butuh kepastian,
karena aku merasa sangat bersalah.
Keesokan harinya di sekolah, aku lihat setiap ia bertemu denganku,
ia selalu berpaling. Aku yakin, pasti ia masih marah padaku. Untuk itu sepulang
sekolah, aku akan meminta maaf secara langsung padanya. Aku tidak mau ia terus marah
padaku. Aku tidak ingin kehilangan dia untuk kedua kalinya.
Setelah bel berbunyi, aku langsung kekelasnya. Di sana sudah ada
ARPA. Tetapi saat Anjani melihatku, ia langsung pulang. Aku berusaha untuk
mengejarnya, tetapi ia tidak menghiraukanku. Aku meminta bantuan kepada Ani,
Reni, dan Puspita agar Anjani mau berbicara denganku. Mereka terus membujuknya.
Memang sangat sulit untuk membujuk orang yang agak keras kepala seperti dia.
Setelah berulang kali membujuk, akhirnya Anjani memberikanku kesempatan untuk
bicara padanya.
“Anjani… lo
masih marah ya sama gue?” aku bertanya sambil berjalan mengikutinya.
“Emm…” sambil
berjalan terus seperti tak menghiraukanku.
“Gue minta maaf
ya atas kejadian kemarin!!” sambil terus berjalan mengikutinya.
“Emm… ya udah… gue
maafin kok!!” sambil memandang ke jalan.
“Kalau gitu… lo
masih marah ga sama gue?” tanyaku meyakinkan.
“Engga kok… ga
marah!!” jawabnya sambil memandang ke jalan.
Aku lega karena ia sudah tidak marah. Tapi aku lihat dari raut
wajahnya, sepertinya ia masih kesal atas kejadian itu. Tapi, lama-lama juga dia
melupakan kejadian itu. Mulai sekarang aku akan berusaha agar kejadian itu
tidak terulang lagi. Dan aku juga harus menjaga sikap agar ia tidak merah lagi.
E. Menggambar Wajahnya
Akhir-akhir minggu ini, aku semakin sering bertemu dengannya. Kami
juga suka ke Warnet bersama untuk sekedar mencari tugas, atau membuka Facebook.
Kadang-kadang Anjani menanyakanku tentang tugas atau hal-hal lain tentang
internet yang ia tidak ketahui. Dengan Anjani bertanya padaku saja, itu sudah
membuatku senang. Karena aku bisa lebih berguna dan ada orang yang bisa
mempercayaiku.
Suatu hari, aku sedang menggambar sketsa hewan. Banyak orang yang
menganggap gambarku bagus. Tetapi aku hanya bisa menggambar hitam putih saja,
alias gambar sketsa. Dari dulu, kalau gambarku di warnai, pasti hasilnya
menjadi jelek, karena memang gambarku haris hitam putih saja. Ketika aku sedang
menggambar, aku mendapatkan SMS dari Anjani.
Anjani: “Ikhsan
lagi ngapain?”
Ikhsan: “Lagi
gambar wajah lo!! He… he… Cuma bercanda!! Gue lagi gambar hewan!!”
Anjani: “Yah…
gue kira beneran lo gambar wajah gue!!”
Ikhsan: “Emang
lo mau gue gambar? Klo mau nanti w gambarin!!”
Anjani: “Contoh
gambarnya dari mana? Emang lo punya foto gue?”
Ikhsan: “Punya
dong…!!”
Anjani: “Iiikh…
lo dapet dari mana?”
Ikhsan: “Ada
dech…!! Mau gue gambarin ga?”
Anjani: “Ya
udah…!! Tapi yang bagus ya…!!”
Ikhsan: “Ya…
jangan khawatir!!”
Menurutku, menggambar wajah seseorang itu sangat sulit. Bila salah
satu organ tubuh ada yang berbeda, pasti akan menjadi orang lain. Aku sudah
pernah menggambar wajahku sendiri, tapi hasilnya tidak mirip denganku. Tetapi,
bila aku menggambar yang lain, rata-rata gambarku mirip dengan aslinya. Maklum
saja, aku masih dalam tahap pembelajaran. Walaupun sulit, aku akan mencoba agar
tidak mengecewakan Anjani.
Aku terus mencoba dan mencoba. Aku sulit melihat bagian-bagian
wajahnya dengan jelas, karena aku menaruh foto Anjani di HPku. Untuk itu, aku
mencoba melihatnya dari computer agar fotonya terliaht libih besar dan jelas.
Dengan melihat foto Anjani lewat computer, aku menjadi lebih mudah
menggambarnya. Sedikit lagi gambarku akan selesai. Tetapi, ada bagian dari
wajahnya yang tidak begitu mirip, yaitu senyumnya. Senyum Anjani memang
berbeda, sulit sekali untuk membuat gambar senyumnya. Agar gambarku lebih
bagus, biasanya suasana hatiku harus dalam keadaan tenang. Saat ini aku agak
sedang gelisah, karena sulit sekali menggambar senyum Anjani. dari pada hasil
gambarnya menjadi jelek, lebih baik aku simpan dulu sampai suasana hatiku
menjadi tenang kembali.
Suatu hari aku ke rumah Deny untuk mengcopy software computer. Tidak
lupa aku membawa flashdiskku. Aku dipersilahkan masuk olehnya. Kebetulan sekali
ia sedang main computer. Aku bilang maksud dan tujuanku kepadanya. Ia pun
mengcopy beberapa software computer yang ada di komputernya. Tetapi, ketika ia
sedang mempastekan di flashdiskku, tidak sengaja Deny membuka foto Anjani yang
ada di flashdiskku. “Aduh… bagaimana ini??” pikirku karena panik. Aku langsung
meminta Deny untuk menutup fotonya. “Aduh… bagaimana ini? Deby melihat foto
Anjani!! seharusnya aku hapus saja foto Anjani yang ada di flashdiskku!!
Mudah-mudahan Deny tidak bilang ke anak-anak di sekolah!!” pikirku. Aku lupa
menghapus foto Anjani yang ada di flashdiskku. Waktu itu aku sengaja membackup
foto Anjani agar bila di HPku hilang, aku masih ada cadangannya. Sekarang malah
ketahuan Deny. Deny hanya diam saja saat melihat foto itu. Tapi aku takut ia
bilang ke anak-anak di sekolah.
Beberapa hari
kemudian. Beny mengajakku bicara.
“Ikshan, lo udah
jadian ya sama Anjani?” Tanya Beny.
“Eh… jangan
sembarangan!! Lo tau dari mana gosip ga bener kaya gitu?” jawabku mengelak.
“Anak-anak di
sekolah pada ngomongin lo, mereka curiga karena tiap pulang sekolah lo pulang
bareng mulu sama dia!!
“Walaupun gue
sering pulang bareng sama dia, tapi belum tentu gue udah jadian sama dia!!
Jawabku.
“Ooowh… ya udah…
kalau begitu, gue minta maaf dah nuduh lo!!”
“Ya… ga
apa-apa!!”
F. Hari “H”
Hari demi hari aku terus pedekate dengan Anjani. tapi aku belum tau
waktu yang tepat untuk nembak dia. Saat aku ke kelasnya Ani, aku diberi tau
oleh dia, bahwa kemarin Anjani ditembak oleh Beny. Dan Anjani akan menjawabnya
1 minggu lagi. “Aduh… apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau kehilangan
Anjani untuk ke 2 kalinya!! Ternyata pembicaraanku dengan Beny waktu itu hanya
ngetes saja!! Ternyata dia masih suka sama Anjani!! kalau begitu, aku harus
menembak Anjani secepatnya, sebelum Anjani memberikan jawabannya ke Beny!!”
pikirku. Aku memberi tau Ani, Reni, dan Puspita tentang rencanaku untuk
menembak Anjani. mereka sangat mendukungku. Mereka akan membantuku agar
rencanaku berhasil.
Di hari H nya, aku menjalankan rencanaku. Aku sudah menyiapkan
kata-kata dari kemarin. Ani, Reni, dan Puspita mengajakku untuk menemui Anjani
dikelasnya. Ini baru pertama kalinya aku akan menembak cewe secara langsung.
Dan aku belum pernah merasakan ketegangan ini.
Aku duduk
berhadapan dengan Anjani. saat Ani, Reni, dan Puspita meninggalkan kami berdua,
aku langsung memulai rencaranku.
“Anjani, selama
ini kita selalu digosipin yang ga bener sama anak-anak di sekolah, benar kan?”
“Ya… terus…!!”
“Gue ingin
gossip itu menjadi benar!! Dan gue ingin serius sama lo…!! Mau ga kamu jadi
pacar aku?”
Wajahnya berubah seketika. Sepertinya ia sangat bingung karena ia
udah di tembak oleh 2 cowo. Tapi itu udah resiko dia. Dia harus memilih salah
satunya.
“Jadi, apa
jawaban kamu?” aku betanya meyakinkannya.
“Duh… bingung…!!
Emang harus jawab sekarang ya?”
“Ga juga sih…
kamu bisa jawab besok!!”
“Duh…
bingung…!!”
“Jadi, kamu mau
jawab sekarang atau besok?”
“OK… aku jawab
sekarang!! Jawabannya Iya…!!”
“Yes…” dalam
hatiku berkata. Akhirnya aku mendapatkan Anjani juga. Aku merasa lega, karena
aku sudah mengatakan perasaanku yang sesungguhnya.
Begitu rencanaku berhasil, aku langsung memanggil Ani, Reni, dan
Puspita untuk masuk ke dalam kelas. Mereka menanyaiku, apakah aku di terima
atau di tolak. Aku bisiki mereka dengan apa sudah yang terjadi. Tiba-tiba
mereka langsung meledekiku. Aku bingung saat aku mau bicara dengan Anjani,
karena aku sudah tebiasa bilang lo-gue ke Anjani. Aku belum terbiasa bilang
kamu-aku padanya.
G. Masalah di Hari Jadian
Sepulang dari sekolah, aku dan ARPA ada janji untuk pergi ke Warnet.
Seperti biasa, aku selalu membantu mereka bila mereka tidak tau sesuatu. Aku
ingin mengubah statusku di Facebook. Aku mengubah lajang menjadi berpacaran
dangan Anjani. Tetapi perbuatanku itu membuat keadaan menjadi memburuk. Yang
seharusnya hari jadian pertama itu menyenangkan, tetapi malah berubah jadi
kesedihan, depresi, dan penyesalan.
Semua itu bermula karena Beny melihat status baruku di Facebook.
Entah mengapa ia marah-marah kepada Anjani. Mungkin karena Beny baru saja di
tolak oleh Anjani, karena Anjani sudah jadian denganku. Beny memarahi Anjani
lewat Facebook. Saat itu aku melihat Anjani menangis. Aku merasa sangat
bersalah, Karena aku terlalu terburu-buru mepublikasikan statusku. Sambil
membuka internet, aku memikirkan kesalahanku. “Mengapa baru saja jadian, sudah
ada masalah baru lagi? Aku pusing, setiap hari selalu ada masalah!! Coba saja
aku tidak mengubah statusku!! Mungkin masalah ini tidak mungkin terjadi!!”
pikirku.
Aku sempat stress memikirkan masalah yang datang bertubi-tubi. Aku
bingung harus melakukan apa. Aku ingin Anjani bahagia, tapi aku malah
membuatnya sedih. Aku sadar ini semua karena kesalahanku. Tetapi, tak
seharusnya Beny melampiaskan kemarahannya ke Anjani. Sekarang, Anjani jadi
marah lagi padaku. Hingga ia tidak mau pulang bersamaku. Aku bingung harus
melakukan apa lagi agar ia tidak marah. “Ya… Allah…!! Cobaan apa lagi yang
engkau berikan? Berilah hamba kekuatan dalam menghadapi cobaanmu!!”
Sepulang dari Warnet, aku mendapatkan SMS dari Beny. SMS itu berisi
kata-kata kotor yang tak sepantasnya ia ucapkan. Ia mengajakku ribut di
sekolah. Tapi aku tidak suka ribut. Aku lebih memilih jalan dengan cara
membicarakannya dengan baik-baik. Untuk apa ribut? Hanya orang yang pikirannya
pendeklah yang memilih jalan kekerasan. Ribut juga merupakan cara setan. Dan
apa hasil dari keributan? Ribut tidak akan menyelesaikan mesalah, tetapi malah
akan menambah masalah. Dak aku tidak ingin menambah masalah. Biarlah masalah
yang datang sendiri menghampiriku. Bukan aku yang menghampiri masalah.
Aku bicara baik-baik dengan Beny. Aku turuti permintaannya. Biarlah
ia bilang aku apa. Lebih baik aku bersabar dan menghindari masalah. Akau
meminta maaf padanya. Barulah ia bisa mengerti dan aku dan ia tidak akan ribut.
Sebenarnya aku juga males kalau ribut sama dia. Aku juga tidak mau kalau ada salah
satu temanku yang memusuhiku. Tetapi sepertinya Beny masih marah-marah ngga
jelas. Ia bilang, ia tidak akan berbicara denganku lagi. Menurutku itu tidak
masalah, karena temanku bukan hanya di saja. Masih banyak temanku yang mau
bicara denganku.
Keesokan harinya di sekolah, Beny nyuekin aku. Kalau begitu, aku
juga bisa nyuekin dia. Lebih baik kehilangan 1 teman dari pada kehilangan
semuanya. Tak hanya itu, salah satu temanku mengetahui aku sudah jadian dengan
Anjani. Dia mengetahuinya dari statusku yang ada di Facebook. Dari satu orang
itulah, akhirnya menyebar hingga satu kelas.
Setiap Anjani bertemu denganku, ia selalu berpaling. Sepertinya ia
sangat marah padaku. “Ya… Allah… berikanlah jalan keluar dalam cobaan ini!!”
Seperti biasa sepulang sekolah aku mengajaknya untuk pulang bersama. Tapi
Anjani malah pergi dariku. Aku bertanya kepada Ani, reni dan Puspita. “Mengapa
sikap ia seperti itu kepadaku?” Aku bingung harus melakukan apa. Ana bilang,
“kata Anjani, dia ingin mengakhiri semua ini, ia ingin putus dari lo!!” Tapi
aku meminta untuk mencoba dahulu. Aku tidak ingin di akhiri sesingkat ini.
Hari demi hari, sikap Anjani sangat berbeda. Sepertinya Anjani yang
sekarang, bukanlah Anjani yang dulu. Sikap dia sekarang ini telah berubah.
Semenjak Beny nembak Anjani, Anjani telah berubah total. Anjani bersikap tidak
seperti biasanya. Sekarang ia menjadi lebih Egois, tidak mau mengerti perasaan
orang lain. Waktu aku dan Anjani sekelas, kami sangat dekat. Tetapi sekarang,
kami malah menjadi tambah jauh.
Suatu sore, aku memikirkan sikap ia padaku. Karena saking sedihnya,
aku sampai menangis. Aku tidak menyangkan aku akan menangis. Terakhir kali aku
menangis saat Idul Fitri. Tetapi tangisan yang sekarang, lebih deras dari pada
yang terakhir kali aku menangis. Masalahku semakin lama semakin banyak.
Sepertinya itu merupakan tanda perubahan menuju kedewasaan. Kesedihan muncul
setiap aku memikirkan masalahku dangan Anjani. masalahku kali ini semakin
berat. Aku tidak tau bagaimana cara mengubah sikap Anjani padaku. Aku ingin dia
tau, betapa besarnya cintaku padanya. Rasanya ingin menangis di depan dia untuk
menunjukan betapa besarnya cintaku padanya. Aku tidak peduli dengan kata orang.
Karena dia sendiri yang bilang padaku untuk menjadi cowo yang gentel. Semua
yang ia pinta, udah saku lakukan. Tetapi, mengapa dia tidak mau menuruti 1
permintaanku. Kalau saja waktu bisa di ulang kembali, aku akan mengubahnya di
mulai dari kesalahanku yang paling besar. Tetapi sayang, masa lalu adalah hal
yang paling jauh dari manusia.
Walapun dia udah menyakitiku. Tetapi masih ada orang yang mau
mendengarkan surhat dariku. Ani, Reni, dan Puspita udah banyak membantuku.
Mereka udah benyak memberiku saran dalam menghadapi sikap Anjani. Bahkan mereka
udah mengerti perasaanku. Tapi, mengapa Anjani tidak mau mengerti perasaanku?.
Selama ini aku bisa mengerti perasaan dia. Semua sikapnya telah menyakiti
hatiku.
H. Berakhir Dengan Kesedihan
Hari demi hari, hubungan kami semakin parah. Setiap ia bertemu
denganku, ia selalu berpaling dariku. Aku bosan dengan sikapnya yang seperti
itu. Aku sudah memintanya agar tidak melakukan hal itu. Tetapi ia tidak mau
mengbulkan permintaanku. Sepertinya hubungan kami tidak akan bertahan lama.
Ternyata benar dugaanku, Ani bilang “kata Anjani, hari ini dia mau
mutusin lo”. Aku berusaha untuk merelakannya. Tetapi sangat sulit untuk
melepaskannya. Sekarang tinggal menunggu keputusannya saja. Aku pasrah saja
dengan semua keputusannya.
Saat pulang sekolah, aku pulang sendiri. Pasti Anjani tidak mau
pulang bersamaku. Setibanya di rumahku, aku hanya tinggal menunggu SMS darinya.
Tak lama kemudian, SMS darinya pun masuk.
Anjani: “Ikhsan,
kita udahan aja ya semua ini!! W ga mau bikin lo tambah sakit hati lagi, kita
udahan aja ya…!! Tapi kita masih bisa
jadi teman kok!! Mungkin ini emang yang terbaik buat kita!! Makasih banget
selama ini… maaf banget ya kalau gue udah nyakitin lo!! Semoga suatu saat
nanti, lo nemuin cewe yang bisa membahagiain lo dan mencintai lo sepenuhnya!!
Sekali lagi maafin gue ya…!!”
Ikhsan:
“Ternyata selama ini, gue telah pacaran sama orang lain, yang sekarang ini
bukan Anjani, tapi orang lain yang berwujud Anjani. Sekarang lo udah berubah!!
Gue benci dengan Anjani yang sekarang!! Gue nyesel udah nembak lo kalau tau lo
bukan Anjani!! Cuma rasa malu dan pertengkaran gue sama Beny yang gue dapet!!
Gue bilang kaya begini supaya lo bisa berubah jadi Anjani yang kelas 11 gue
cintai!!”
Anjani: “gue
emang pantes kok buat lo benci!! Makasih banget buat 2 tahun belakangan ini, lo
udah ngebantuin gue semua hal!! Sorry kalau gue udah nyakitin lo!!”
Ikhsan: “Hal
yang udah lo bikin ini… malah bikin hati gue tambah sakit!! Waktu gue di
putusin sama mantan gue, hati gue ga begitu sakit. Tapi kali ini berkali lipat
sakitnya!! Gue udah tau semua alas an lo!! Alas an lo yang ga terbiasa sama gue
itu, ternyata itu semua bohong!! Kalau sebenernya lo ga sayang sama gue, lo
jujur aja ke ARPA!! Ga harus pura-pura sayang!! Jadi gue ga harus nembak lo!!”
Anjani: “maafin
gue ya San!! Gue ga mau nyakitin lo lagi!! Mungkin ini emang yang terbaik buat
kita!! Terima kenyataan ya… kalau kita udah ga sama-sama lagi!! Maaf banget ya
San… tapi kita masih bisa jadi temen kok!!”
Semua SMS itu biarlah menjadi kenangan. Sekarang perasaanku,
terjepit diantara rasa marah dan sayang. Jika aku memikirkan sikap dia
belakangan ini, aku sangat marah padanya. Tapi, jika aku memikirkan saat-saat
indah ku bersamanya, aku merasa sedih, karena saat-saat indah itu tidak akan
tejadi lagi. Kini rasa sayang itu telah berubah menjadi rasa kebencian dan
kemarahan. Berakhir sudah perjuangan dan perngorbananku. Semua usahaku dibalas
dengan kesedihan yang sangat mendalam. Ingin rasanya mengulang waktu. Tapi, apa
daya, semua ini telah terjadi. Waktu, tidak akan bisa di ulang kembali.
I. Meninggalkannya Untuk Selamanya
Setelah akau putus dengan Anjani, kehidupanku menjadi lebih ringan.
Masalah yang menimpaku, semakin lama berkurang sedikti demi sedikit. Tetapi,
ada yang kurang dalam hidupku, yaitu seseorang yang bisa mencintaiku
sepenuhnya. Sangat sulit untuk merupakan Anjani. Karena setiap hari di sekolah
aku bertemu dia. Tak ada yang bisa menggantikan Anjani. Karena menurutku, dia
adalah cinta sejatiku. Kini yang bisa menghiburku hanya Ani, Reni dan Puspita.
Merekalah yang bisa mengerti perasaanku sekarang.
Hari ini hari ulang tahunku. Aku mendapatkan banyak ucapan selamat
dari teman-temanku. Dan aku juga mendapatkan hadiah dari orang tuaku, karena
prestasiku yang cukup bagus. Di hari ulang tahunku ini sebenarnya aku
mengharapkan sesuatu dari Anjani. Aku ingin memberinya hadiah. Selama ini aku
belum pernah memberikannya hadiah. Tapi, karena ia bukan pacarku lagi. Kini
hadiah itu hanya menjadi angan-anganku saja.
Sepulang sekolah, seperti biasa aku pulang sendiri. Di perjalananku,
aku teringat kenanganku bersama Anjani. Hatiku merasa tenang bila mengingat
wajahnya. Aku menghayal sampai tidak memperhatikan jalan. Tiba-tiba sebuah
mobil bak terbuka datang dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi
menabrakku. Seperti terkena kilat rasanya. Saking cepatnya, aku tidak ingat persis
kejadiannya. Darah berceceran di jalanan. Pelaku yang menabrakku lari entah
kemana. Semua orang di sekitar tempat itu menolongku.
Saat aku sadar, aku sudah ada di rumah sakit. Orang-orang berkumpul
di sekitarku. Berberapa temanku juga ada yang menjengukku. Ku perhatikan satu
persatu. Aku melihat di pojok kerumunan, ada seorang cewe dengan rambut yang
mirip dengan Anjani. Wajahnya tidak begitu jelas, karena penglihatanku agak
samar-samar. Aku berusaha agar bisa melihatnya dengan jelas. Tak lama kemudian
pengliahtanku mulai jelas. Ku perhatikan cewe itu. Ternyata benar, cewe yang di
pojok itu adalah Anjani. Aku senang, karena dalam keadaanku yang seperti ini,
ia masih mau datang menjengukku.
Tubuhku terasa semakin ringan. Rasanya tak lama lagi aku akan meninggalkan
dunia yang fana ini. Aku memanggil nama orang tuaku. Aku meminta maaf
kepadanya, atas semua kesalahanku padanya. Satu-persatu aku salami tangan orang
tuaku. Tak terasa air mataku keluar. Sedih rasanya bila akan berpisah dengan
orang tua. Air mata ibuku menetes di pipiku. Sepertinya tak terhitung dosa yang
telah aku perbuat padanya. Sekali lagi aku minta maaf kepada orang tuaku. Aku
melepas genggaman tangan ibuku. Bermaksud untuk meminta maaf dengan
teman-temanku.
Aku meminta maaf kepada semua teman-temanku, atas semua dosa yang
pernah aku lakukan pada mereka. Tapi, aku tidak melihat Anjani berada di
sekelilingku. Untuk itu aku meminta salah satu temanku untuk memanggilnya ke
sampingku. Ia datang dengan meneteskan air mata. Mungkin ini terakhir kalinya
aku melihatnya menangis. Aku ingin sekali mengatakan kata-kata terakhir
untuknya. Aku meminta semua orang agar meninggalkan kami berdua. Setelah
orang-orang meninggalkan kami berdua, aku langsung mengatakan kata-kata
perpisahan untuknya.
“Anjani, aku
ingin kamu dengarkan kata-kata terakhirku ini, sebelum akhirnya aku
meninggalkanmu untuk selamanya” pintaku.
“Ya… ikhsan…
pasti aku dengarin…!!” ucapanya tidak terdengar jelas karena sambil menangis.
“Maafin aku ya
atas semua kesalahanku… aku tidak ingin ada dendam lagi diantara kita!!”
“Ya… sudah aku
maafin kok…!! Aku juga minta maaf ya!! Karena selama ini aku udah nyakitin
kamu!!”
“Ya… aku maafin…!! Sebelum aku pergi, aku mau
katakana semua perasaanku terhadap kamu… dan aku juga mau memberikan beberapa
pesan untuk kamu… boleh kan?”
“Ya… sangat
boleh…!!”
“Sebernarnya,
aku tidak marah sama kamu, aku hanya berpura-pura marah, agar aku bisa
melupakan kamu. Tetapi, cintaku terhadapmu terlalu besar, sehingga aku tak
pernah bisa melupakanmu. Dan sebenarnya aku tidak membenci kamu, setiap aku
berusaha untuk membenci, aku malah tambah sayang sama kamu. Tidak ada yang bisa
menggantikanmu di sisiku. Dan selamanya, aku akan terus mencintaimu hingga aku
mati. Semoga suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan cowo yang bisa mencintaimu
hingga mati. Dan cowo yang selalu setia menyayangimu seperti rasa sayangku
padamu. Tak perlu bersedih, karena walaupun aku akan pergi, aku akan tetap ada
di hati kamu. Saat kamu merasa kesepian, saat kamu merasa sedih, saat kamu
merasa ketakutan, pejamkanlah matamu, dan aku pasti akan mucul di hadapan kamu.
Karena aku akan selalu ada di hatimu. Selagi masih ada kesempatan untuk
berkata, aku mau mengatakan kalimat ini dari dulu. ‘Anjani… I Love You’”
Itu adalah kalimat terakhir yang aku ucapkan padanya. Air matanya
menetes di pipiku. Senang rasanya masih bisa mengucapkan kalimat itu. Kini
tinggal menunggu waktu saja. Semua orang kini telah berkumpul di sekelilingku.
Semua orang menangis di sekitarku. Anjani juga menangis. Mungkin ini terakhir
kalinya aku melihatnya menangis.
“Asyhaduallaa
illaaha illallahu wa asyhadu anna muhammudar rasullullah”
Itulah kalimat syahadat yang terakhir kali aku lafazkan. Dengan
suara agak parau, aku lafazkan kalimat syahadat. Mataku mulai terpejam. Tubuhku
sudah tidak bisa di gerakan. “Selamat tinggal dunia, selamat tinggal orang
tuaku, selamat tinggal semua orang yang ku kenal, dan selamat tinggal Anjani ku
tercinta.
Semua orang menangis. Tak terkecuali Anjani. “Anjani… Meskipun kini
aku sudah tidak ada di dunia ini, aku akan selalu mencintaimu. Kini, aku tenang
di alam yang baru. Sekarang, aku hanya bisa bertume Anjani saat ia memejamkan
matanya. Dan di sela-sela kehidupannya, aku akan selalu hadir untuknya. Semoga
ia akan mendapatkan cowo yang lebih baik dariku. Cowo yang bisa mencintainya
sampai mati.