Tips Editor Film  

Posted by Unknown in , ,

Membuat film merupakan pekerjaan yang tidak bisa dianggap remeh. Karena proses dalam pembuatan film itu semua tidak mudah. Perlu banyak orang yang terlibat dalam perfilman. Seperti Sutradara, Asisten Sutradara, Producer, Asisten Producer, Editor, Animator, Camera Person, Penulis Naskah, Penata Artistik, Penata Kostum, Lighting Person, dll. Masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Dan di tiap tugas memerlukan keterampilan tersendiri. Bisa di bilang editor merupakan orang yang paling berpengaruh dalam dunia perfilman. Jika seorang editor kurang menguasai tugas yang di jalaninya yaitu sebagai editor, maka film yang dihasilkan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Berikut adalah tips agar seorang editor mampu medalami teknik pengeditan:


1.    Purpose

Seorang editor perlu tujuan untuk apa dia mengedit. Film seperti apa yang akan ia hasilkan. Dan apa yang bisa seorang editor lakukan untuk membuat film yang ia edit bisa menjadi film yang mempunyai kualitas yang tinggi dan enak di tonton. Tujuan ini penting agar di setiap kali ia mengedit, ia bisa selalu memikirkan perasaan penonton bila film hasil editannya kurang bagus. 

2.       Niat

Seorang editor perlu niat yang kuat untuk dapat menghasilkan film yang bagus. Ia harus menancapkan rasa niat yang sangat kuat untuk menghasilkan film yang bagus. 

3.       Lakukan se-optimal mungkin

Kalimat “Sudahlah seadanya saja” harus di buang jauh-jauh oleh seorang editor. Karena kalimat ini dapat mempengaruhi hasil editannya. Editlah film sekuat tenaga. Keluarkan karya terbaik agar film yang dihasilkan juga menjadi hasil yang terbaik.

4.       Utamakan penonton

Hal ini penting. Jangan sekali-kali editor mementingkan egonya sendiri. Terkadang seorang editor mempunyai selera yang aneh. Jadi editannya pun juga terlihat aneh bagi penonton. Seharusnya, lebih mengutamakan selera para penonton. Coba tunjukan preview film sebelum film tersebut di publikasikan kepada beberapa orang yang mempunyai selera film yang berbeda. Tunjukan juga kepada para pecinta film agar mereka bisa saran dan masukan bila ada beberapa bagian film yang terlihat cacat dan aneh.

5.       Belajar dari orang yang sukses

Terkadang seorang editor perlu saran dan masukan dari seorang editor yang mempunyai penglaman yang lebih banyak dan sudah terkenal film hasil editannya bagus. Ini penting agar seorang editor pemula dapat belajar teknik dalam film editannya. Ada pepatah jika berteman dengan tukang parfum, pasti kita akan kebagian wanginya. Nah jika berteman dengan editor, pasti akan mendapat ilmunya juga.

6.       Be Prefectionist

Mungkin di Indonesia orang yang perfectionist tidak banyak. Tetapi sifat perfectionist ini perlu dimilki oleh seorang editor. Jika di bandingkan editan film di Indonesia dan di luar Negeri, film luar negeri Jaaauh lebih rapih dan bagus dibandingkan editan film Indonesia. Ini di karenakan apa? Orang luar banyak yang perfectionist. Mereka tidak ingin karyanya di publikasikan sebelum karya mereka benar-benar terlihat perfect di pandangan mereka. Sifat perfectionist ini juga dapat mendorong kita agar pantang menyerah untuk mencari cara agar film yang dihasilkan bisa lebih bagus lagi.

7.       Belajar dari pengalaman

Semakin banyak jam terbang seorang editor, maka kualitas editannya pun semakin bertambah bagus. Apalagi jika mendapat masukan dari berbagai orang. Hal ini bisa mendorong seorang editor bisa menghasilkan film yang bagus.

8.       Tumbuhkan rasa ingin tahu

Terkadang seorang editor bisa bingung bagaimana teknik untuk mengedit film yang ia edit. Kita bisa mencari informasi cara pengeditannya dari berbagai media. Bisa melalui internet, buku, atau seorang editor lain.

9.       Kuasai dasar pengeditan

Bagi editor yang sudah proffessional dasar pengeditan pasti sudah sangat dikuasai. Jika dasar pengeditan sudah dikuasai, apapun bentuk editan yang akan dibuat, pasti akan dengan mudah dibuat. Meskipun editan itu belum pernah dibuat sebelumnya, tetapi jika sudah menguasai dasar pengeditan, dengan menggabungkan teknik dasar tersebut maka akan menghasilkan hasil editanyang kita cari.

10.   Lihat ke atas, jangan ke bawah

Setiap editor mempunyai kempuan yang berbeda. Jika seorang editor ingin film editannya menjadi semakin bagus, ia harus melihat ke atas. Yaitu melihat orang-orang yang telah sukses mengedit film yang sangat berkualitas tinggi. Seperti film-film Hollywood. Jangan merasa terlalu bangga dengan hasil editan yang sekarang berhasil diciptakan. Tapi banggalah jika sudah berhasil membuat film berkualitas tinggi seperti di film Hollywood. Jika saeorang editor sudah sombong duluan ketika melihat hasil editan orang lain yang tidak lebih bagus darinya, maka editor ini yang tidak akan maju. Seorang editor yangmaju adalah editor yang tetap rendah hati dan merasa kecil di bandingkan editor yang lain.
READ MORE - Tips Editor Film

Cinta Sampai Mati  

Posted by Unknown in


A. Berusaha mendapatkannya

Namaku Ikhsan. Aku tinggal di Depok Timur tepatnya di Jl. Angin Mamiri No: 17. Sekarang ini aku kelas 2 di SMA Negeri 3 Depok. Di sekolah aku tergolong anak yang pandai. Alhamdulillah aku selalu mendapatkan rangking 1. Semua ini berkat motivasiku yaitu, aku harus belajar dari kesalahan. Jadi, setiap aku membuat kesalahan, aku selalu ingin agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Saat di SD aku tidak terlalu pintar. Aku selalu mendapatkan antara rangking 7-10 saja, tadak pernah aku mendapatkan rangking 1. Berkat kesalahan itu, aku selalu bertekad untuk selalu berusaha dan pantang menyerah agar keinginanku tercapai. Saat aku masih SMP kelas 1, sifatku masih seperti anak SD. Aku masih belum mengenal arti cinta yang sebenarnya. Sekarang, pola berpikirku sudah mulai dewasa, jadi aku sudah mengerti arti cinta yang sebenarnya.
Di sekolahku ada seorang cewe yang sangat aku cintai. Aku baru mengenalnya saat aku saat kenaikan kelas 2. Saat itu teman-temanku terpencar di bebagai kelas. Kini, aku sekelas dengannya. Aku dan ia masuk di kelas 11G. Namanya adalah Anjani. Entah mengapa setiap dia didekatku, hatiku selalu berdebar-debar. Perasaan itu mulai muncul saat aku dan Anjani kerja kelompok Bahasa Indonesia. Bermula dari situlah aku dekat dengannya. Setiap di sekolah aku berbicara dengannya. Bahkan saat pulang dari pelajaran renang di sekolah pun, kami pulang bersama. Kebetulan jarak rumahnya hanya satu blok dari rumahku. Jadi aku bisa mengajaknya untuk pulang bersama. Bila tidak bertemu di sekolah, aku dan Anjani juga sering berSMS-an.
Saat aku kelas 2, masalah yang menimpaku belum terlalu banyak. Sampai suatu hari aku melakukan kesalahan yang sangat fatal, sampai aku kehilangan Anjani. Kesalahan itu dimulai saat aku kehilangan HPku. Aku sangat sedih saat HPku hilang. Saat itu sedang libur panjang, jadi aku tidak bisa menghubungi dan SMS-an dengan Anjani. Akibat HPku hilang, kami menjadi tidak begitu dekat. Yang lebih parahnya lagi, Anjani menjadi lebih dekat dengan Tri Afandi, yang biasa dipanggil Andi. Andi adalah juga teman sekelasku. Ia di masukan ke pesantren oleh orang tuanya. Pantas saja, aku lihat ia orangnya alim.
Rasa cemburu muncul dengan tiba-tiba. Ingin rasanya aku mendapatkan Anjani. Tetapi, aku tidak ingin menembaknya jika aku tidak mengetahui perasaan dia padaku. Aku ingin sekali mengetahui perasaan dia padaku. Sampai suatu hari aku menemukan buku berjudul “Cara Mendapatkan Pacar Dalam 28 Hari” di kamar kakakku. Aku membaca buku itu secara diam-diam, karena aku takut kakakku marah. Di dalam buku tersebut terdapat cara mengetahui perasaan seorang cewe hanya dengan mengetahui cara ia bersikap. Aku membaca sebuah cara, “Jika gebetan kamu di cuekin, dan gebetan kamu marah dan bingung, atau sampai dia bertanya “mengapa kamu nyuekin aku?”, tandanya dia suka sama kamu. Kalau dia responnya biasa-biasa saja, artinya dia tidak suka sama kamu”. 
Cara itu aku coba di sekolah. Bagaimana ya, jika Anjani aku cuekin?. Saat Anjani berbicara padaku, aku berpaling darinya dan tidak menghiraukannya. Aku melihat Anjani sepertinya marah padaku. Rasanya tak tega bila ia marah sedih. Aku ingin minta maaf dengannya, tetapi aku terus mencoba agar tau perasaan ia padaku.
Hari demi hari aku nyuekin Anjani, tetapi sepertinya keadaan menjadi semakin parah. Anjani menjadi semakin dekat dengan Andi. Sampai saat itu aku masih belum tau perasaan Anjani padaku. Suatu hari aku di ceritakan oleh Saga tentang Anjani.
“Ikhsan, sebenarnya Anjani itu suka sama lo, tapi karena lo nya nyuekin dia, dia jadi sebel sama lo…”.
“Lo tau dari mana?” tanyaku.
“Dia sendiri yang cerita ke gue…”. Jawab Saga dengan lantangnya.
Saat itu aku baru tau kalau Anjani suka sama aku. Tetapi karena dia aku cuekin, dia malah jadi benci. Kini aku tau seperti apa sifat Anjani. Dia tidak mau kalau dirinya dicuekin, dan dia sangat sensitif bila ada cowo yang jahatin dia. Begitu aku tau Anjani suka padaku, aku bertekad, aku harus mendapatkan dia apapun caranya. Tetapi, saking dekatnya Anjani dengan Andi, sangat sulit bagiku untuk pedekate lagi dengan Anjani. 

B. Pertama Kali Jalan Dengannya

Seiring berjalannya waktu, Anjani telah jadian dengan Andi. Awalnya aku belum percaya dengan hal itu. Tetapi, saat aku bertanya langsung pada Anjani, ternyata itu semua memang benar. “Anjani jadian dengan Andi…?” hatiku bergetar seakan ingin menangis. “Andai saja waktu bisa berputar kembali…?” khayalku mengharapkan kesalahanku yang lalu tidak terjadi. Tetapi apa daya, semua ini telah terjadi. Aku hanya bisa bersabar dan berusaha dalam menghadapi hidup yang keras ini.
Tidak terasa sekarang aku sudah naik kelas 3 SMA. Kini kelasku terpisah dengan Anjani. Aku kembali ke temn-temanku yang lama. Kini aku masuk ke kelas 12A, sedangkan Anjani masuk ke kelas 12B. Aku merasa tidak nyaman dengan kelas 3 ini. Karena menurutku saat kelas 11G lah yang paling menyenangkan. Teman-temanku yang kelas 2 lebih menyenangkan daripada yang sekarang. Selain karena ada Anjani, juga karena anak-anak kelas 2 lebih asik dan tidak pilih kasih dalam bergaul.
Bulan puasa telah tiba, anak-anak kelas 2 yang lalu mengajak reuni sekaligus buka bersama di rumahku. Sebenarnya aku tidak ingin buka bersamanya di rumahku, tetapi kerena semua anak dan orang tuaku setuju, yah sudah aku pun menyetujuinya. Semua anak-anak kelas 2 yang lalu sudah di undang. Tidak lupa wali kelas kami juga di undang. Kini aku dan beberapa temanku tinggal menyiapkan apa saja yang diperlukan.
Beberapa anak sudah ada yang datang. Kami tinggal menunggu wali kelas kami yang tidak tahu rumahku letaknya dimana. Salah satu dari temanku pun menjemputnya. Begitu wali kelas kami datang, kami tinggal menunggu datangnya azan maghrib. Sambil menunggu azan Maghrib, kami menyiapkan tajil untuk berbuka puasa. Dan juga, ada beberapa patah kata yang di sampaikan oleh wali kelas kami. Banyak hal yang diceritakan oleh wali kelas kami. Sampai tak terasa, azan Maghrib sudah tiba. Semua langsung menyantap tajil yang disediakan.
Acara buka bersama berjalan dengan meriah. Disitu, kami bisa membicarakan berbagai hal. Tetapi aku melihat Anjani menangis. “Mengapa Anjani menangis?” tanyaku di dalam hati. Melihat Anjani menangis, aku bertanya kepada salah satu sahabatnya yaitu Reni.
“Reni, mengapa Anjani menangis?” tanyaku berbisik agar Anjani tidak mendengarnya.
“Dia tuh nangis gara-gara Andi nyimpen fotonya Eca, terus Anjani tidak terima kalau Andi nyimpen fotonya Eca”.
“Ooowhh… begitu!!! Kok bisa ya Andi berbuat begitu?” jawabku terheran–heran.
“Lo kan pernah bilang ke gue kalau lo suka sama Anjani, sekarang lo hibur dia, tunjukin kalau lo peduli sama dia”
“Jangan khawatir…!! Gue bakal hibur dia…!! Tapi gue tunggu saat yang tepat dulu!!!”
Usai makan-makan, wali kelas kami pamit, karena ia masih ada urusan. Karena wali kelas kami pulang, beberapa anak juga ada yang pulang. Tetapi yang lain, malah mengajak untuk berjalan-jalan naik motor dulu sekalian mengantar yang tidak membawa motor. Aku pikir itu ide yang bagus. Kapan lagi kami bisa berkumpul bersama kalau bukan kali ini. Aku pun meminta izin kepada orang tuaku untuk membolehkan aku membawa motornya. Beruntung, aku dibolehkan untuk membawa motor. Biasanya aku jarang sekali membawa motor, karena ayahku belum memperbolehkan aku membawa motor jauh-jauh.
Anak-anak yang membawa motor, memboncengi yang tidak membawa motor. Kebanyakan yang tidak membawa motor adalah anak perempuan. Aku terpaksa memboncengi Jenny. Padahal sebenarnya aku ingin memboncengi Anjani. Tetapi karena Jenny takut di boncengi oleh Hengky, yah sudah tak apalah. Keta Jenny, Hengky itu kalau membawa motor ngebut terus. Banyak cewe yang sudah di boncenginya, juga merasa takut.
Awalnya, kami mengantarkan anak yang mau pulang dahulu. Setelah tidak ada yang mau pulang lagi, kami langsung jalan-jalan. Kami sudah berkeliling kota Depok. Tetapi tidak tau tujuannya mau kemana. Kemdian, kami mengantarkan anak yang tinggal agak jauh, sekalian juga jalan-jalan. Setelah lelah berjalan-jalan, kami berhenti sejenak. Kami istirahat di pinggir jalan sambil merencanakan tujuan yang selanjutnya. Tiba-tiba Jenny berbisik kepadaku.
“Ikhsan, lo mau ga boncengin Anjani?”
“Sebenernya sih gue mau…!!! Tapi, emang lo mau di boncengin sama Hengky?” jawabku dengan berbisik.
“Dah… ga apa-apa!!! Kan lo pernah bilang kalau lo suka sama dia, sekarang lo mau ga boncengin dia?”
“Ya udah… tapi lo yang bilang tukeran tempat ya!!!”
“OK… ga usah khawatir…!!!” jawab Jenny dengan senang hati.
Jenny menghampiri Anjani untuk menyampaikan tujuan kami. Tak di sangka Anjani menyetujuinya. Aku belum pernah sebelumnya merasakan setegang ini. “Akhirnya, Anjani mau juga aku boncengi…!!!” bisikku di dalam hati. Anjani menaiki motor dengan pelan–pelan. Setelah tukeran tempat, kami langsung melanjutkan perjalanan.
Baru pertama kalinya aku memboncengi Anjani. dan baru pertama kalinya pula, aku membawa motor jauh – jauh. Jalan – jalan bersama teman–teman berbeda rasanya dibandingkan dengan jalan–jalan sendirian atau bersama keluarga. Apalagi yang aku boncengi adalah Anjani, jadi bertambah menyenangkan jalan – jalannya.
Rumah demi rumah anak-anak telah di lewati. Itu tandanya, satu per satu dari kami sudah pulang. Setelah semua sudah aku antar, aku pun kembali kerumah. Letih karena menjadi tuan rumah, kini telah terbayar oleh jalan – jalan bersama Anjani.

C. PEDEKATE Lagi

Berawal dari buka bersama, kini aku dan Anjani menjadi libih dekat. Yang awalnya aku jarang SMSan sama dia, kini menjadi semakin sering. Berlawanan denganku, hubungan Anjani dengan Andi semakin memburuk. Semua kedok Andi selama ini mulai terbongkar. Ternyata selama ini Andi tidak sayang pada Anjani. Akhirnya mereka berdua pun putus. Aku melihat Anjani sepertinya sangat sedih. Aku berusaha menghiburnya dengan cara apapun. Aku tidah ingin melihatnya terus menangis.
Selama seminggu aku terus menghiburnya. Selama seminggu pula aku terus SMSan dengan Anjani. Rencananya, malam takbiran nanti, anak – anak kelas 11G ikut jalan – jalan lagi seperti saat buka bersama di rumahku. Sudah beberapa anak yang mau ikut, tetapi ada juga yang tidak mau. Kami akan berkumpul di rumahnya Anjani. Tetapi sayang, Anjani dan keluarganya akan pulang kampong, sehingga jalan – jalannya dibatalkan. Dengan terpaksa, aku bermalam takbiran hanya denga kakak iparku saja.
Idul Fitri telah dilalui. Aku dan Anjani juga sudah bermaafan. Tidak lupa aku bermaafan dengan semua orang yang kiranya telah aku sakiti, terutama kedua orang tuaku. Idul Fitri memang hari yang suci. Aku merasa lebih segar dan ringan, karena aku bisa meminta maaf dengan semua orang yang ku kenal. Tetapi, Anjani belum pulang dari kampungnya. Jadi, aku hanya bisa berbicara dengannya hanya lewat SMS. Tetapi itu cukup untuk menghilangkan rasa kangenku.
Tidak terasa, 2 hari lagi libur sekolah akan berakhir. Baru kemarin Anjani pulang dari kampungnya. Tiba – tiba saja Ani mengajakku untuk ikut bersama ARPA pergi ke Detos untuk jalan – jalan. ARPA itu adalah sebuah singkatan dari Anjani, Reni, Puspita, Ani. Mereka berkumpul menjadi satu kesatuan. Ani dan Reni ingin aku dan Anjani menjadi lebih dekat lagi. Tanpa basa – basi lagi, aku bersiap – siap untuk berangkat.
Aku dan Anjani sangat dekat saat di sana. Sesekali Ani, Reni, dan Puspita meledekiku karena aku jalan berdampingan dengan Anjani. aku sudah menganggapnya seperti pacarku, karena jika aku sudah mencintai seseorang, aku akan selalu menjaganya, menghiburnya, dan selalu setia membantunya dengan apapun caranya. Walaupun dia bukan pacarku, tetapi aku akan selalu ada untuknya saat ia membutuhkan.

D. Marah Padaku

Hari demi hari, aku semakin dekat dengannya. Bahkan aku huga semakin sering berkunjung kerumahnya. Hanya sekedar untuk bertemu dengannya. Ini semua berkat bantuan Ani, Reni dan Puspita yang selalu membantuku untuk Pedekate dengan Anjani. Aku dan Anjani menjadi sering pulang bersama usai pulang sekolah.
Seperti biasa, aku dan Anjani pulang bersama. Tetapi kali ini Vina dan temannya ikut bersama aku, Anjani, dan Reni. Sepertinya Vina dan temannya akan ke rumah Anjani. Kalau Reni, Ani dan Puspita memang sudah sering ke rumah Anjani. Tetapi aku merasa tidak nyaman kalau Vina ikut bersama kami. Vina adalah adik kelas yang suka padaku. Tetapi aku tidak suka padanya, karena aku lebih suka cewe yang umurnya sepantar denganku.
Hari ini aku ada janji dangan Deny untuk meminta tolong menginstal ulang komputerku. Aku kerumah Deny dengan maksud mengantarkannya kerumahku. Tetapi, aku disuruh olehnya unruk menunggunya sebentar, karena ia sedang mengerjakan tugas. Deny adalah teman baikku. Ia ahli elektronika dan computer. Tetapi, untuk pelajaran yang lain nilainya kurang bagus. Aku sering menanyakan sesuatu tentang elektronik padanya. Berkat ialah, aku bisa elektronik dan computer. Dan aku sangat beruntung berteman dengannya.
Saat aku menunggu Deny mengerjakan tugasnya, tiba-tiba aku mendapatkan SMS dari Anjni. Iam menyuruhku untuk kerumahnya. “Aduh… bagaimana ini? Siapa yang harus aku pilih? Deny, atau Anjani?” pikirku. Aku aku meminta Anjani untuk menungguku 1 jam lagi, dan aku juga meminta Deny untuk cepat. Tetapi ada saja yang harus dikerjakan Deny, sehingga aku menunggunya cukup lama. “Bagaimana ini? Sebentar lagi aku harus ke rumah Anjani? pikirku. Tak sabar karena Deny lama sekali mengerjakan tugasnya.
“Den, masih lama ga sih…??” tanyaku tak sabar.
“nanti dulu!! Sedikit lagi selesai!!”
Ya sudah… besok gue balik lagi, jadi nginstal ulang komputernya besok aja!!”
Karena Deny terlalu lama, jadi aku memilih untuk ke rumah Anjani.
Setiba aku di depan rumahku, aku melihat ARPA, Vina dan temannya sudah menunggu di depan gang rumah Anjani.melihatku sudah pulang, Reni dan Ani menghampiriku.
“Ikhsan, lo dari mana sih…?” Tanya Reni dengan tampang kesal.
“Tadi gue dari rumah Deny, soalnya gue udah janji sama dia!! Ngomong- ngomong Anjani marah ya?” tanyaku melihat Anjani yang tidak menghampiriku.
“Iya, gara-gara lo sih lama banget!! Dia jadi marah sama lo!!” jawab Reni.
“Emang kenapa sih gue di suruh kerumah Anjani sampai dia marah begitu?”
“Tadi kan Vina mau ngerjain tugas di rumah Anjani. nah… tugasnya itu ada di flashdisknya Vina. Terus waktu dipasang dekomputernya Anjani, tugasnya itu ga bisa di buka. Begitu kejadiannya.” Ani menjelaskan.
“Emang lo ngapain sih di rumahnya Deny? Kok lama banget?” Tanya Reni.
“Kan gue nyuruh Deny ke rumah gue buat nginstal ulang computer gue. Nah… si Denynya lama banget ngerjain tugasnya, jadi gue tunggu dia dulu!!” jawabku.
“Seharusnya kalau lo ga bisa ke rumah Anjani bilang aja!! Dari tadi kita nunggu lo tau!! Kalau lo ga bisa janji, lo ga usah janji, jadi kita ga harus nungguin lo!!” Ani menjelaskan.
“Habisnya, gue bingung antar milih Deny atau Anjani!! gue udah janji sama dia dari kemarin, sekarang di tambah Anjani!!” jawabku memelas karena merasa bersalah.
“Ya udah… lo pulang dulu sana!! Nanti kita yang kasih penjelasan ke Anjani!!” Pinta Ani.
“Ya udah… tolong baut dia ga marah lagi ya…!!”
Malam harinya, aku SMS Anjani. Aku meminta maaf dan memberikan penjelasan padanya. Dari tulisan SMS yang ia kirim, sepertinya ia sangat marah.” Aduh… bagaimana ini kalau Anjani benar-benar marah padakau? Pastinya sangat sulit untuk membuat dia tidak marah lagi!! Dan bagaimana kalau aku tidak bisa mendapatkan dia?? Aduh… nyesel… nyesel…!!” khayalku menyesalakan kejadian itu.
Setelah berulang kali meminta maaf, akhirnya aku di maafin juga. Tetapi dari tulisan SMSnya, sepertinya ia masih marah padaku. Aku terus menganalisa SMSnya. Apakah ia masih marah atau tidak?. Aku butuh kepastian, karena aku merasa sangat bersalah.
Keesokan harinya di sekolah, aku lihat setiap ia bertemu denganku, ia selalu berpaling. Aku yakin, pasti ia masih marah padaku. Untuk itu sepulang sekolah, aku akan meminta maaf secara langsung padanya. Aku tidak mau ia terus marah padaku. Aku tidak ingin kehilangan dia untuk kedua kalinya.
Setelah bel berbunyi, aku langsung kekelasnya. Di sana sudah ada ARPA. Tetapi saat Anjani melihatku, ia langsung pulang. Aku berusaha untuk mengejarnya, tetapi ia tidak menghiraukanku. Aku meminta bantuan kepada Ani, Reni, dan Puspita agar Anjani mau berbicara denganku. Mereka terus membujuknya. Memang sangat sulit untuk membujuk orang yang agak keras kepala seperti dia. Setelah berulang kali membujuk, akhirnya Anjani memberikanku kesempatan untuk bicara padanya.
“Anjani… lo masih marah ya sama gue?” aku bertanya sambil berjalan mengikutinya.
“Emm…” sambil berjalan terus seperti tak menghiraukanku.
“Gue minta maaf ya atas kejadian kemarin!!” sambil terus berjalan mengikutinya.
“Emm… ya udah… gue maafin kok!!” sambil memandang ke jalan.
“Kalau gitu… lo masih marah ga sama gue?” tanyaku meyakinkan.
“Engga kok… ga marah!!” jawabnya sambil memandang ke jalan.
Aku lega karena ia sudah tidak marah. Tapi aku lihat dari raut wajahnya, sepertinya ia masih kesal atas kejadian itu. Tapi, lama-lama juga dia melupakan kejadian itu. Mulai sekarang aku akan berusaha agar kejadian itu tidak terulang lagi. Dan aku juga harus menjaga sikap agar ia tidak merah lagi.

E. Menggambar Wajahnya

Akhir-akhir minggu ini, aku semakin sering bertemu dengannya. Kami juga suka ke Warnet bersama untuk sekedar mencari tugas, atau membuka Facebook. Kadang-kadang Anjani menanyakanku tentang tugas atau hal-hal lain tentang internet yang ia tidak ketahui. Dengan Anjani bertanya padaku saja, itu sudah membuatku senang. Karena aku bisa lebih berguna dan ada orang yang bisa mempercayaiku.
Suatu hari, aku sedang menggambar sketsa hewan. Banyak orang yang menganggap gambarku bagus. Tetapi aku hanya bisa menggambar hitam putih saja, alias gambar sketsa. Dari dulu, kalau gambarku di warnai, pasti hasilnya menjadi jelek, karena memang gambarku haris hitam putih saja. Ketika aku sedang menggambar, aku mendapatkan SMS dari Anjani.
Anjani: “Ikhsan lagi ngapain?”
Ikhsan: “Lagi gambar wajah lo!! He… he… Cuma bercanda!! Gue lagi gambar hewan!!”
Anjani: “Yah… gue kira beneran lo gambar wajah gue!!”
Ikhsan: “Emang lo mau gue gambar? Klo mau nanti w gambarin!!”
Anjani: “Contoh gambarnya dari mana? Emang lo punya foto gue?”
Ikhsan: “Punya dong…!!”
Anjani: “Iiikh… lo dapet dari mana?”
Ikhsan: “Ada dech…!! Mau gue gambarin ga?”
Anjani: “Ya udah…!! Tapi yang bagus ya…!!”
Ikhsan: “Ya… jangan khawatir!!”
Menurutku, menggambar wajah seseorang itu sangat sulit. Bila salah satu organ tubuh ada yang berbeda, pasti akan menjadi orang lain. Aku sudah pernah menggambar wajahku sendiri, tapi hasilnya tidak mirip denganku. Tetapi, bila aku menggambar yang lain, rata-rata gambarku mirip dengan aslinya. Maklum saja, aku masih dalam tahap pembelajaran. Walaupun sulit, aku akan mencoba agar tidak mengecewakan Anjani.
Aku terus mencoba dan mencoba. Aku sulit melihat bagian-bagian wajahnya dengan jelas, karena aku menaruh foto Anjani di HPku. Untuk itu, aku mencoba melihatnya dari computer agar fotonya terliaht libih besar dan jelas. Dengan melihat foto Anjani lewat computer, aku menjadi lebih mudah menggambarnya. Sedikit lagi gambarku akan selesai. Tetapi, ada bagian dari wajahnya yang tidak begitu mirip, yaitu senyumnya. Senyum Anjani memang berbeda, sulit sekali untuk membuat gambar senyumnya. Agar gambarku lebih bagus, biasanya suasana hatiku harus dalam keadaan tenang. Saat ini aku agak sedang gelisah, karena sulit sekali menggambar senyum Anjani. dari pada hasil gambarnya menjadi jelek, lebih baik aku simpan dulu sampai suasana hatiku menjadi tenang kembali.
Suatu hari aku ke rumah Deny untuk mengcopy software computer. Tidak lupa aku membawa flashdiskku. Aku dipersilahkan masuk olehnya. Kebetulan sekali ia sedang main computer. Aku bilang maksud dan tujuanku kepadanya. Ia pun mengcopy beberapa software computer yang ada di komputernya. Tetapi, ketika ia sedang mempastekan di flashdiskku, tidak sengaja Deny membuka foto Anjani yang ada di flashdiskku. “Aduh… bagaimana ini??” pikirku karena panik. Aku langsung meminta Deny untuk menutup fotonya. “Aduh… bagaimana ini? Deby melihat foto Anjani!! seharusnya aku hapus saja foto Anjani yang ada di flashdiskku!! Mudah-mudahan Deny tidak bilang ke anak-anak di sekolah!!” pikirku. Aku lupa menghapus foto Anjani yang ada di flashdiskku. Waktu itu aku sengaja membackup foto Anjani agar bila di HPku hilang, aku masih ada cadangannya. Sekarang malah ketahuan Deny. Deny hanya diam saja saat melihat foto itu. Tapi aku takut ia bilang ke anak-anak di sekolah.
Beberapa hari kemudian. Beny mengajakku bicara.
“Ikshan, lo udah jadian ya sama Anjani?” Tanya Beny.
“Eh… jangan sembarangan!! Lo tau dari mana gosip ga bener kaya gitu?” jawabku mengelak.
“Anak-anak di sekolah pada ngomongin lo, mereka curiga karena tiap pulang sekolah lo pulang bareng mulu sama dia!!
“Walaupun gue sering pulang bareng sama dia, tapi belum tentu gue udah jadian sama dia!! Jawabku.
“Ooowh… ya udah… kalau begitu, gue minta maaf dah nuduh lo!!”
“Ya… ga apa-apa!!”

F. Hari “H”

Hari demi hari aku terus pedekate dengan Anjani. tapi aku belum tau waktu yang tepat untuk nembak dia. Saat aku ke kelasnya Ani, aku diberi tau oleh dia, bahwa kemarin Anjani ditembak oleh Beny. Dan Anjani akan menjawabnya 1 minggu lagi. “Aduh… apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau kehilangan Anjani untuk ke 2 kalinya!! Ternyata pembicaraanku dengan Beny waktu itu hanya ngetes saja!! Ternyata dia masih suka sama Anjani!! kalau begitu, aku harus menembak Anjani secepatnya, sebelum Anjani memberikan jawabannya ke Beny!!” pikirku. Aku memberi tau Ani, Reni, dan Puspita tentang rencanaku untuk menembak Anjani. mereka sangat mendukungku. Mereka akan membantuku agar rencanaku berhasil.
Di hari H nya, aku menjalankan rencanaku. Aku sudah menyiapkan kata-kata dari kemarin. Ani, Reni, dan Puspita mengajakku untuk menemui Anjani dikelasnya. Ini baru pertama kalinya aku akan menembak cewe secara langsung. Dan aku belum pernah merasakan ketegangan ini.
Aku duduk berhadapan dengan Anjani. saat Ani, Reni, dan Puspita meninggalkan kami berdua, aku langsung memulai rencaranku.
“Anjani, selama ini kita selalu digosipin yang ga bener sama anak-anak di sekolah, benar kan?”
“Ya… terus…!!”
“Gue ingin gossip itu menjadi benar!! Dan gue ingin serius sama lo…!! Mau ga kamu jadi pacar aku?”
Wajahnya berubah seketika. Sepertinya ia sangat bingung karena ia udah di tembak oleh 2 cowo. Tapi itu udah resiko dia. Dia harus memilih salah satunya.
“Jadi, apa jawaban kamu?” aku betanya meyakinkannya.
“Duh… bingung…!! Emang harus jawab sekarang ya?”
“Ga juga sih… kamu bisa jawab besok!!”
“Duh… bingung…!!”
“Jadi, kamu mau jawab sekarang atau besok?”
“OK… aku jawab sekarang!! Jawabannya Iya…!!”
“Yes…” dalam hatiku berkata. Akhirnya aku mendapatkan Anjani juga. Aku merasa lega, karena aku sudah mengatakan perasaanku yang sesungguhnya.
Begitu rencanaku berhasil, aku langsung memanggil Ani, Reni, dan Puspita untuk masuk ke dalam kelas. Mereka menanyaiku, apakah aku di terima atau di tolak. Aku bisiki mereka dengan apa sudah yang terjadi. Tiba-tiba mereka langsung meledekiku. Aku bingung saat aku mau bicara dengan Anjani, karena aku sudah tebiasa bilang lo-gue ke Anjani. Aku belum terbiasa bilang kamu-aku padanya.

G. Masalah di Hari Jadian

Sepulang dari sekolah, aku dan ARPA ada janji untuk pergi ke Warnet. Seperti biasa, aku selalu membantu mereka bila mereka tidak tau sesuatu. Aku ingin mengubah statusku di Facebook. Aku mengubah lajang menjadi berpacaran dangan Anjani. Tetapi perbuatanku itu membuat keadaan menjadi memburuk. Yang seharusnya hari jadian pertama itu menyenangkan, tetapi malah berubah jadi kesedihan, depresi, dan penyesalan.
Semua itu bermula karena Beny melihat status baruku di Facebook. Entah mengapa ia marah-marah kepada Anjani. Mungkin karena Beny baru saja di tolak oleh Anjani, karena Anjani sudah jadian denganku. Beny memarahi Anjani lewat Facebook. Saat itu aku melihat Anjani menangis. Aku merasa sangat bersalah, Karena aku terlalu terburu-buru mepublikasikan statusku. Sambil membuka internet, aku memikirkan kesalahanku. “Mengapa baru saja jadian, sudah ada masalah baru lagi? Aku pusing, setiap hari selalu ada masalah!! Coba saja aku tidak mengubah statusku!! Mungkin masalah ini tidak mungkin terjadi!!” pikirku.
Aku sempat stress memikirkan masalah yang datang bertubi-tubi. Aku bingung harus melakukan apa. Aku ingin Anjani bahagia, tapi aku malah membuatnya sedih. Aku sadar ini semua karena kesalahanku. Tetapi, tak seharusnya Beny melampiaskan kemarahannya ke Anjani. Sekarang, Anjani jadi marah lagi padaku. Hingga ia tidak mau pulang bersamaku. Aku bingung harus melakukan apa lagi agar ia tidak marah. “Ya… Allah…!! Cobaan apa lagi yang engkau berikan? Berilah hamba kekuatan dalam menghadapi cobaanmu!!”
Sepulang dari Warnet, aku mendapatkan SMS dari Beny. SMS itu berisi kata-kata kotor yang tak sepantasnya ia ucapkan. Ia mengajakku ribut di sekolah. Tapi aku tidak suka ribut. Aku lebih memilih jalan dengan cara membicarakannya dengan baik-baik. Untuk apa ribut? Hanya orang yang pikirannya pendeklah yang memilih jalan kekerasan. Ribut juga merupakan cara setan. Dan apa hasil dari keributan? Ribut tidak akan menyelesaikan mesalah, tetapi malah akan menambah masalah. Dak aku tidak ingin menambah masalah. Biarlah masalah yang datang sendiri menghampiriku. Bukan aku yang menghampiri masalah.
Aku bicara baik-baik dengan Beny. Aku turuti permintaannya. Biarlah ia bilang aku apa. Lebih baik aku bersabar dan menghindari masalah. Akau meminta maaf padanya. Barulah ia bisa mengerti dan aku dan ia tidak akan ribut. Sebenarnya aku juga males kalau ribut sama dia. Aku juga tidak mau kalau ada salah satu temanku yang memusuhiku. Tetapi sepertinya Beny masih marah-marah ngga jelas. Ia bilang, ia tidak akan berbicara denganku lagi. Menurutku itu tidak masalah, karena temanku bukan hanya di saja. Masih banyak temanku yang mau bicara denganku.
Keesokan harinya di sekolah, Beny nyuekin aku. Kalau begitu, aku juga bisa nyuekin dia. Lebih baik kehilangan 1 teman dari pada kehilangan semuanya. Tak hanya itu, salah satu temanku mengetahui aku sudah jadian dengan Anjani. Dia mengetahuinya dari statusku yang ada di Facebook. Dari satu orang itulah, akhirnya menyebar hingga satu kelas.
Setiap Anjani bertemu denganku, ia selalu berpaling. Sepertinya ia sangat marah padaku. “Ya… Allah… berikanlah jalan keluar dalam cobaan ini!!” Seperti biasa sepulang sekolah aku mengajaknya untuk pulang bersama. Tapi Anjani malah pergi dariku. Aku bertanya kepada Ani, reni dan Puspita. “Mengapa sikap ia seperti itu kepadaku?” Aku bingung harus melakukan apa. Ana bilang, “kata Anjani, dia ingin mengakhiri semua ini, ia ingin putus dari lo!!” Tapi aku meminta untuk mencoba dahulu. Aku tidak ingin di akhiri sesingkat ini.
Hari demi hari, sikap Anjani sangat berbeda. Sepertinya Anjani yang sekarang, bukanlah Anjani yang dulu. Sikap dia sekarang ini telah berubah. Semenjak Beny nembak Anjani, Anjani telah berubah total. Anjani bersikap tidak seperti biasanya. Sekarang ia menjadi lebih Egois, tidak mau mengerti perasaan orang lain. Waktu aku dan Anjani sekelas, kami sangat dekat. Tetapi sekarang, kami malah menjadi tambah jauh.
Suatu sore, aku memikirkan sikap ia padaku. Karena saking sedihnya, aku sampai menangis. Aku tidak menyangkan aku akan menangis. Terakhir kali aku menangis saat Idul Fitri. Tetapi tangisan yang sekarang, lebih deras dari pada yang terakhir kali aku menangis. Masalahku semakin lama semakin banyak. Sepertinya itu merupakan tanda perubahan menuju kedewasaan. Kesedihan muncul setiap aku memikirkan masalahku dangan Anjani. masalahku kali ini semakin berat. Aku tidak tau bagaimana cara mengubah sikap Anjani padaku. Aku ingin dia tau, betapa besarnya cintaku padanya. Rasanya ingin menangis di depan dia untuk menunjukan betapa besarnya cintaku padanya. Aku tidak peduli dengan kata orang. Karena dia sendiri yang bilang padaku untuk menjadi cowo yang gentel. Semua yang ia pinta, udah saku lakukan. Tetapi, mengapa dia tidak mau menuruti 1 permintaanku. Kalau saja waktu bisa di ulang kembali, aku akan mengubahnya di mulai dari kesalahanku yang paling besar. Tetapi sayang, masa lalu adalah hal yang paling jauh dari manusia.
Walapun dia udah menyakitiku. Tetapi masih ada orang yang mau mendengarkan surhat dariku. Ani, Reni, dan Puspita udah banyak membantuku. Mereka udah benyak memberiku saran dalam menghadapi sikap Anjani. Bahkan mereka udah mengerti perasaanku. Tapi, mengapa Anjani tidak mau mengerti perasaanku?. Selama ini aku bisa mengerti perasaan dia. Semua sikapnya telah menyakiti hatiku. 

H. Berakhir Dengan Kesedihan

Hari demi hari, hubungan kami semakin parah. Setiap ia bertemu denganku, ia selalu berpaling dariku. Aku bosan dengan sikapnya yang seperti itu. Aku sudah memintanya agar tidak melakukan hal itu. Tetapi ia tidak mau mengbulkan permintaanku. Sepertinya hubungan kami tidak akan bertahan lama.
Ternyata benar dugaanku, Ani bilang “kata Anjani, hari ini dia mau mutusin lo”. Aku berusaha untuk merelakannya. Tetapi sangat sulit untuk melepaskannya. Sekarang tinggal menunggu keputusannya saja. Aku pasrah saja dengan semua keputusannya.
Saat pulang sekolah, aku pulang sendiri. Pasti Anjani tidak mau pulang bersamaku. Setibanya di rumahku, aku hanya tinggal menunggu SMS darinya. Tak lama kemudian, SMS darinya pun masuk.
Anjani: “Ikhsan, kita udahan aja ya semua ini!! W ga mau bikin lo tambah sakit hati lagi, kita udahan aja ya…!! Tapi kita    masih bisa jadi teman kok!! Mungkin ini emang yang terbaik buat kita!! Makasih banget selama ini… maaf banget ya kalau gue udah nyakitin lo!! Semoga suatu saat nanti, lo nemuin cewe yang bisa membahagiain lo dan mencintai lo sepenuhnya!! Sekali lagi maafin gue ya…!!”
Ikhsan: “Ternyata selama ini, gue telah pacaran sama orang lain, yang sekarang ini bukan Anjani, tapi orang lain yang berwujud Anjani. Sekarang lo udah berubah!! Gue benci dengan Anjani yang sekarang!! Gue nyesel udah nembak lo kalau tau lo bukan Anjani!! Cuma rasa malu dan pertengkaran gue sama Beny yang gue dapet!! Gue bilang kaya begini supaya lo bisa berubah jadi Anjani yang kelas 11 gue cintai!!”
Anjani: “gue emang pantes kok buat lo benci!! Makasih banget buat 2 tahun belakangan ini, lo udah ngebantuin gue semua hal!! Sorry kalau gue udah nyakitin lo!!”
Ikhsan: “Hal yang udah lo bikin ini… malah bikin hati gue tambah sakit!! Waktu gue di putusin sama mantan gue, hati gue ga begitu sakit. Tapi kali ini berkali lipat sakitnya!! Gue udah tau semua alas an lo!! Alas an lo yang ga terbiasa sama gue itu, ternyata itu semua bohong!! Kalau sebenernya lo ga sayang sama gue, lo jujur aja ke ARPA!! Ga harus pura-pura sayang!! Jadi gue ga harus nembak lo!!”
Anjani: “maafin gue ya San!! Gue ga mau nyakitin lo lagi!! Mungkin ini emang yang terbaik buat kita!! Terima kenyataan ya… kalau kita udah ga sama-sama lagi!! Maaf banget ya San… tapi kita masih bisa jadi temen kok!!”
Semua SMS itu biarlah menjadi kenangan. Sekarang perasaanku, terjepit diantara rasa marah dan sayang. Jika aku memikirkan sikap dia belakangan ini, aku sangat marah padanya. Tapi, jika aku memikirkan saat-saat indah ku bersamanya, aku merasa sedih, karena saat-saat indah itu tidak akan tejadi lagi. Kini rasa sayang itu telah berubah menjadi rasa kebencian dan kemarahan. Berakhir sudah perjuangan dan perngorbananku. Semua usahaku dibalas dengan kesedihan yang sangat mendalam. Ingin rasanya mengulang waktu. Tapi, apa daya, semua ini telah terjadi. Waktu, tidak akan bisa di ulang kembali.

I. Meninggalkannya Untuk Selamanya

Setelah akau putus dengan Anjani, kehidupanku menjadi lebih ringan. Masalah yang menimpaku, semakin lama berkurang sedikti demi sedikit. Tetapi, ada yang kurang dalam hidupku, yaitu seseorang yang bisa mencintaiku sepenuhnya. Sangat sulit untuk merupakan Anjani. Karena setiap hari di sekolah aku bertemu dia. Tak ada yang bisa menggantikan Anjani. Karena menurutku, dia adalah cinta sejatiku. Kini yang bisa menghiburku hanya Ani, Reni dan Puspita. Merekalah yang bisa mengerti perasaanku sekarang.
Hari ini hari ulang tahunku. Aku mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman-temanku. Dan aku juga mendapatkan hadiah dari orang tuaku, karena prestasiku yang cukup bagus. Di hari ulang tahunku ini sebenarnya aku mengharapkan sesuatu dari Anjani. Aku ingin memberinya hadiah. Selama ini aku belum pernah memberikannya hadiah. Tapi, karena ia bukan pacarku lagi. Kini hadiah itu hanya menjadi angan-anganku saja.
Sepulang sekolah, seperti biasa aku pulang sendiri. Di perjalananku, aku teringat kenanganku bersama Anjani. Hatiku merasa tenang bila mengingat wajahnya. Aku menghayal sampai tidak memperhatikan jalan. Tiba-tiba sebuah mobil bak terbuka datang dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi menabrakku. Seperti terkena kilat rasanya. Saking cepatnya, aku tidak ingat persis kejadiannya. Darah berceceran di jalanan. Pelaku yang menabrakku lari entah kemana. Semua orang di sekitar tempat itu menolongku.
Saat aku sadar, aku sudah ada di rumah sakit. Orang-orang berkumpul di sekitarku. Berberapa temanku juga ada yang menjengukku. Ku perhatikan satu persatu. Aku melihat di pojok kerumunan, ada seorang cewe dengan rambut yang mirip dengan Anjani. Wajahnya tidak begitu jelas, karena penglihatanku agak samar-samar. Aku berusaha agar bisa melihatnya dengan jelas. Tak lama kemudian pengliahtanku mulai jelas. Ku perhatikan cewe itu. Ternyata benar, cewe yang di pojok itu adalah Anjani. Aku senang, karena dalam keadaanku yang seperti ini, ia masih mau datang menjengukku.
Tubuhku terasa semakin ringan. Rasanya tak lama lagi aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku memanggil nama orang tuaku. Aku meminta maaf kepadanya, atas semua kesalahanku padanya. Satu-persatu aku salami tangan orang tuaku. Tak terasa air mataku keluar. Sedih rasanya bila akan berpisah dengan orang tua. Air mata ibuku menetes di pipiku. Sepertinya tak terhitung dosa yang telah aku perbuat padanya. Sekali lagi aku minta maaf kepada orang tuaku. Aku melepas genggaman tangan ibuku. Bermaksud untuk meminta maaf dengan teman-temanku.
Aku meminta maaf kepada semua teman-temanku, atas semua dosa yang pernah aku lakukan pada mereka. Tapi, aku tidak melihat Anjani berada di sekelilingku. Untuk itu aku meminta salah satu temanku untuk memanggilnya ke sampingku. Ia datang dengan meneteskan air mata. Mungkin ini terakhir kalinya aku melihatnya menangis. Aku ingin sekali mengatakan kata-kata terakhir untuknya. Aku meminta semua orang agar meninggalkan kami berdua. Setelah orang-orang meninggalkan kami berdua, aku langsung mengatakan kata-kata perpisahan untuknya.
“Anjani, aku ingin kamu dengarkan kata-kata terakhirku ini, sebelum akhirnya aku meninggalkanmu untuk selamanya” pintaku.
“Ya… ikhsan… pasti aku dengarin…!!” ucapanya tidak terdengar jelas karena sambil menangis.
“Maafin aku ya atas semua kesalahanku… aku tidak ingin ada dendam lagi diantara kita!!”
“Ya… sudah aku maafin kok…!! Aku juga minta maaf ya!! Karena selama ini aku udah nyakitin kamu!!”
 “Ya… aku maafin…!! Sebelum aku pergi, aku mau katakana semua perasaanku terhadap kamu… dan aku juga mau memberikan beberapa pesan untuk kamu… boleh kan?”
“Ya… sangat boleh…!!”
“Sebernarnya, aku tidak marah sama kamu, aku hanya berpura-pura marah, agar aku bisa melupakan kamu. Tetapi, cintaku terhadapmu terlalu besar, sehingga aku tak pernah bisa melupakanmu. Dan sebenarnya aku tidak membenci kamu, setiap aku berusaha untuk membenci, aku malah tambah sayang sama kamu. Tidak ada yang bisa menggantikanmu di sisiku. Dan selamanya, aku akan terus mencintaimu hingga aku mati. Semoga suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan cowo yang bisa mencintaimu hingga mati. Dan cowo yang selalu setia menyayangimu seperti rasa sayangku padamu. Tak perlu bersedih, karena walaupun aku akan pergi, aku akan tetap ada di hati kamu. Saat kamu merasa kesepian, saat kamu merasa sedih, saat kamu merasa ketakutan, pejamkanlah matamu, dan aku pasti akan mucul di hadapan kamu. Karena aku akan selalu ada di hatimu. Selagi masih ada kesempatan untuk berkata, aku mau mengatakan kalimat ini dari dulu. ‘Anjani… I Love You’”
Itu adalah kalimat terakhir yang aku ucapkan padanya. Air matanya menetes di pipiku. Senang rasanya masih bisa mengucapkan kalimat itu. Kini tinggal menunggu waktu saja. Semua orang kini telah berkumpul di sekelilingku. Semua orang menangis di sekitarku. Anjani juga menangis. Mungkin ini terakhir kalinya aku melihatnya menangis.
“Asyhaduallaa illaaha illallahu wa asyhadu anna muhammudar rasullullah”
Itulah kalimat syahadat yang terakhir kali aku lafazkan. Dengan suara agak parau, aku lafazkan kalimat syahadat. Mataku mulai terpejam. Tubuhku sudah tidak bisa di gerakan. “Selamat tinggal dunia, selamat tinggal orang tuaku, selamat tinggal semua orang yang ku kenal, dan selamat tinggal Anjani ku tercinta.
Semua orang menangis. Tak terkecuali Anjani. “Anjani… Meskipun kini aku sudah tidak ada di dunia ini, aku akan selalu mencintaimu. Kini, aku tenang di alam yang baru. Sekarang, aku hanya bisa bertume Anjani saat ia memejamkan matanya. Dan di sela-sela kehidupannya, aku akan selalu hadir untuknya. Semoga ia akan mendapatkan cowo yang lebih baik dariku. Cowo yang bisa mencintainya sampai mati.
READ MORE - Cinta Sampai Mati